Jarum tak Kasat Mata

Jarum tak Kasat Mata

Kemarin pagi, jiwa-jiwa penakut seperti saya ini menonton film horor. Keinginan tersebut atas inisiatif saya sendiri yang akhir-akhir ini sedang menyukai Kisah Tanah Jawa dan seisinya. Setelah membaca kisah horor dari Mas Genta yang berjudul Keluarga Tak Kasat Mata di Kaskus, akhirnya saya penasaran untuk menonton filmnya. Kepo juga sih dengan kisah pertemuan 13 13 13 ini. Barangkali di film digambarkan dengan lebih jelas lagi daripada cerita versis Kaskus.

Saya dan beberapa orang teman menonton di kamar saya sendiri yang berisi tiga orang. Kami menonton dengan meletakkan laptop beralaskan meja lipat di atas kasur. Kami menonton dengan seksama terutama saya yang sedari tadi menutupi muka dengan selimut karena khawatir dengan jumpscare. Padahal waktu itu kami menonton pada pagi hari.

Selesai menonton film, kami sempat mondar-mandir sekitar kasur. Tiba-tiba saja saya berteriak kesakitan karena menginjak sesuatu di salah satu sudut kasur. Ternyata saya menginjak jarum yang tertanam di kasur. Kejadian ini tidak sekali dua kali terjadi.

Kasur yang saya injak waktu itu bukan kasur baru melainkan kasur warisan. Kami mendapatkan dari pemilik sebelumnya setelah negoisasi menukar kasur double menjadi single. Dulu ketika awal-awal pemakaian, kami bertiga selalu menjadi korban jarum yang tertanam di kasur tersebut karena tidak sengaja terinjak. Tapi ketika kami ingin mencari jarum tersebut, kami kesulitan untuk menemukannya. Kami sudah berusaha untuk menekan pelan-pelan kasur dengan tangan agar si jarum keluar, tapi si jarum tidak pernah menampakkan diri. Di samping itu, kami juga merasa ngeri-ngeri sedap untuk mencari jarum tersebut karena takut justru tangan kami yang terkena imbasnya.

Kami menyebutnya jarum tak kasat mata. Jarum yang tertanam di kasur kami dan jarum tersebut sengaja ditancapkan oleh pemilik kasur sebelumnya. Dari hasil ekspedisi yang kami lakukan, kami berhasil menemukan beberapa jarum yang tertanam di beberapa titik pada kasur dengan satu tipe jarum yang sama yaitu jarum pentul. Jarum pentul merupakan jenis jarum yang paling sering digunakan oleh perempuan untuk memakai kerudung segiempat terutama di kalangan pesantren sebagai pengganti peniti. Tak dapat dipungkiri jika jarum pentul pasti ditemukan di kamar perempuan berjilbab karena mereka selalu memilikinya.

Tapi masalahnya adalah mereka selalu menancapkan jarum pentul ke kasur. Bahkan mereka lupa untuk mencabutnya dari kasur. Teruntuk perempuan-perempuan yang memiliki kebiasaan seperti ini,

“Apa sih motivasi kalian untuk pasang jarum pentul di kasur?” Hal-hal yang sepele seperti ini bisa membahayakan orang lain yang bahkan sama sekali nggak tau lho. Rasanya sakit banget kalo kena jarum pentul yang tertanam di kasur. Hiks.

Saya sering menemukan teman-teman saya seperti ini di kalangan pesantren dengan fasilitas kasur dan saya tegur. Tapi mungkin kebiasaan perempuan seperti ini tidak melulu terjadi di pesantren. Intinya, perempuan-perempuan muda sekarang ada baiknya untuk menghilangkan kebiasaan membuat jarum tak kasat mata seperti ini karena jarum tak kasat mata benar-benar membahayakan.

Sajak untuk Mama – Kerinduan Seorang Putri terhadap Ibundanya

rhbc_prod438081
From http://www.rhbabyandchild.com

Jauh, tapi nyata dan ada. Bukan fatamorgana, apalagi ilusi belaka. Kasihnya terasa hangat menyelimuti jiwa yang rapuh. Doanya tak pernah berhenti mengalir, menyejukkan jiwa, mengokohkan setiap asa yang ada.

Tak butuh remahan roti, anak panah, maupun petunjuk jalan untuk mencari cahaya rembulan sepertimu, ma…

Karena engkau ada di sini, selalu di sini, dan memang di sini.

Mungkin, darahmu masih mengalir di setiap pembuluh darahku. Bagaimana bisa aku harus mencarimu dulu?

Karena engkau ibuku. Malaikatku.

Memandangmu, bagaikan obat penyejuk hati.

Membuatmu terharu, tersenyum, dan bahagia adalah surgaku.

Tapi bukan berarti aku tak pernah membuatmu kecewa, marah, sedih ataupun menangis.

Maafkan aku ma, karena aku tak pernah menjadi malaikat untukmu.

Maafkan aku ma, karena aku tak bisa menjadi qurotul a’yun bagimu.

Maafkan aku ma, karena akulah penyebab jatuhnya air matamu.

Maafkan aku, maafkan aku. Lanjutkan membaca “Sajak untuk Mama – Kerinduan Seorang Putri terhadap Ibundanya”